VAN GOGH:sebuah biografi
Melihat kesuksesan seorang tokoh terkemuka selalu akan membersitkan
rasa kagum sekaligus iri mengapa kita tidak dikaruniai sebuah bakat
seperti tokoh tersebut. Namun jangan salah, seorang yang berbakat pun
tidak dengan mudah meraih ketenaran. Jika membaca biografi tokoh
ternama, bakat hanya menyumbang sekian persen dari keberhasilan mereka.
Sebagian besar lainnya ditentukan oleh cucuran keringat yang telah dia
keluarkan, tidak untuk ketenaran namun demi sebuah harapan.Adalah
Vincent van Gogh salah satu pencipta masterpiece yang di kagumi dunia
dengan lukisan-lukisannya yang tergantung di setiap galeri-galeri seni
sebagai harta karun berharga. Harapannya hanyalah, “Aku ingin
menciptakan lukisan-lukisan yang bisa menyentuh banyak orang… Aku
melukis demi memberi harapan kepada makhluk-makhluk miskin.” (Surat
Vincent kepada adiknya, Theo).Terlahir dalam keluarga agamis,
Vincent menuruti saran ayahnya untuk mengikuti pelatihan sebagai
seorang misionaris. Namun, dia tidak lulus dan dipekerjakan sebagai
evangelis di daerah pertambangan Borinage. Dia menemukan tempat itu
sangat suram, kotor dan miskin. Di sana dia mengunjungi orang-orang
sakit, memberi pelajaran dan membaca injil. Sudah menjadi tabiatnya
untuk meraih pemahaman intim dengan penduduk sekitarnya. Dia memberikan
segala yang dipunyainya—uang, pakaian, tempat tidur, serta
pondokan—demi perbaikan hidup warga pertambangan.Atasannya
menegur atas semangat pengabdian kepada masyarakat yang terlalu
berlebihan. Vincent malah berjuang menyeru para pemilik tambang untuk
perbaikan hidup penduduk. Sayangnya, pimpinan perusahaan malah
mengacuhkannya dan membiarkan penduduk Borinage beserta Vincent hidup
miskin, kurus kering dan pucat.Keluarga Vincent bertindak,
menyerunya agar tidak terlalu jauh mengurusi masalah pertambangan dan
tetap memikirkan kondisinya sendiri. Dia sakit hati dengan kritik
keluarganya dan tidak pernah memberi kabar kepada keluarganya selama
sembilan bulan. Namun akhirnya dia menyadari, berjuang mengentaskan
nasib para pekerja tambang sendirian tanpa uang dan dukungan keluarga,
hasilnya sia-sia. Di usia 27 tahun, dia pindah ke Brussels dan mulai
tertarik mempelajari gerakan kuas-kuas di atas kanvas dan menjadi
seniman.Dia mulai membuat sketsa-sketsa gelap dengan media
krayon llithograf hitam, pena, dan kuas berdasarkan kenangannya akan
lanskap tambang yang suram. Namun lukisan-lukisan awalnya belum
terlihat gaungnya.Di Kota Nuenen, Vincent menciptakan karya
agung “Potato Eaters” yang menggambarkan realitas sehari-hari para
pekerja kasar. Karya ini merupakan hasil riset yang mendalam pada
kehidupan muram para petani ladang. Penggunaan warna yang menyala di
dalam lukisan itu membuat karya tersebut didaulat para pengamat sebagai
puncak maha karya Vincent van Gogh dalam periode bleak realism dan
periode selanjutnya.Sangat disesalkan, seorang pelukis jenius
yang agung harus memutus nafasnya sendiri di usianya yang masih terlalu
muda. Sindrom bipolar yang diidapnya teramat sangat menekan jiwanya
yang selalu dirundung penolakan dan kekecewaan. Berselisih paham dengan
ayahanda, ditampik oleh gadis-gadis idamannya, dianggap tidak mumpuni
oleh pihak gereja untuk bekerja di antara orang miskin, berselisih
dengan Paul Gaugin, dan gagal mewujudkan “persaudaraan antar seniman”,
membuatnya cukup tertekan. Kehilangan perhatian dari orang yang paling
dekatnya, Theo, membuatnya cukup putus asa hingga menembak dadanya
sendiri, di usia 37.Biografi ini ditulis berdasarkan
surat-surat Vincent van Gogh kepada adik sekaligus sahabatnya, Theo van
Gogh. Peran korespondensi mereka sangat istimewa, sehingga tanpanya,
kompleksitas kepribadian Vincent sangat sulit dipahami. Surat-surat
tersebut ditulis begitu polos, jujur dalam menyingkap siapa dan apa
harapan Vincent terhadap diri dan dunia.
0 Response to "VAN GOGH:sebuah biografi"
Posting Komentar